
Pemda Jayawijaya Beberkan Capaian Indikator Pembangunan Tahun 2019-2024
WAMENA - Pemerintah Kabupaten Jayawijaya membeberkan capaian Indikator Makro Pembangunan Jayawijaya per Tahun 2019-2024, mulai dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Laju Pertumbuhan Ekonomi, Presentase Pendudukan Miskin, Tingkat Pengangguran, Inflasi, dan beberapa indicator lainnya. Capaian indikator ini nantinya akan menjadi tolak ukur bagi penyusunan dokumen RPJMD 2025-2029 kemudian akan di lebur lagi ke dalam dokumen Renstra OPD.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bappeda Jayawijaya, Ludya Logo, dalam paparannya pada pembukaan pelaksanaan Musrenbang RKPD dan Otsus Kabupaten Jayawijaya Tahun 2026, yang berlangsung di gedung Wio Kantor Bupati, Kamis (24/02/25).
Kepala Bappeda Jayawijaya, Ludya Logo, saat memaparkan capaian pembangunan Jayawijaya lima tahun terakhir.
Foto : Istimewa
“IPM trendnya positif dari tahun 2019 sampai 2024 kita ada di angka 65,38 persen, Artinya melalui kebijakan yang dilaksanakan selama lima tahun terakhir berdampak pada tingkat pendidikan, angka harapan hidup, dan pendapatan perkapita karena tiga komponen ini menjadi pembentuk indikator pembangunan manusia,” ungkapnya.
Selain itu, laju pertumbuhan ekonomi Jayawijaya terlihat cukup fluktuatif di tahun 2020 yakni ada diangka minus akibat Covid-19, namun di tahun 2021 naik diangka 3,46 persen dan tahun 2024 ada di angka 5,82 persen.
“Persentase penduduk miskin kita trendnya positif, mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari angka 38,33 persen, tahun 2024 turun menjdi 32,28 persen,” bebernya.
Menurutnya, penurunan presentase penduduk miskin berkaitan dengan beberapa kebijakan pemerintah, baik kabupaten maupun pemerintah pusat, diantaranya melalui bantuan keluarga miskin, pembukaan lahan pertanian, dan meningkatkan jumlah UMKM lokal melalui dana bantuan dari sumber dana otsus.
Selain itu, tingkat pengangguran terbuka juga dinilai fluktuatif, ditahun 2019 ada di angka 2,39 persen dan di tahun 2024 ada di angka 2,74 persen. Rata-rata lama sekolah trendnya juga positif yakni dari angka 5,3 persen, di tahun 2024 sudah ada di angka 5,99 persen.
“Secara keseluruhan trend indikator makro Kabupaten Jayawijaya, menunjukan trend positif, artinya kinerja ini dapat tercapai atas upaya dan kolaborasi semua stakeholder pembangunan di Kabupaten Jayawijaya,” jelasnya.
Hal ini kata Ludya, diluar dari angka inflasi Jayawijaya yang terus meningkat, yang mana data terakhir di bulan Maret Jayawijaya provinsi Papua Pegunungan ada di angka 8,05 tertinggi se-Indonesia. Menurutnya, Jayawijaya baru menjadi kota inflasi setelah adanya DOB Papua Pegunungan.
“Sebelum pemekaran provinsi Papua, tadinya hanya 3, Jayapura, Merauke dan Timika, setelah pemekaran tambah 2 kota inflasi yaitu Nabire dan Wamena,” tuturnya.
Ia menilai, hal ini perlu adanya sinergitas dan upaya bersama untuk menurunkan angka inflasi. Pemerintah Jayawijaya dalam hal ini bupati selaku ketua TPID Kabupaten Jayawijaya sejauh ini sudah melakukan koordinasi secara masif dengan semua stakeholder.
“Rencananya juga akan mengundang pihat aviasi dan tim TPID provinsi untuk sama-sama kita berkolaborasi dalam mengendalikan angka inflasi,” (VIN/AW).